Record Detail
Advanced SearchText
Spiritualitas Askese dalam Hidup Santo Yohanes Maria Vianney dan Relevansinya Terhadap Pembinaan Calon Imam di Seminari Tinggi Interdiosesan Giovanni XXIII Malang
Dunia zaman ini menawarkan banyak kemudahan dan kemewahan. Siapapun bisa hanyut dan tenggelam dalam arus zaman ini. Kaum beriman awam mencoba menghidupi keutamaan dan kesucian dalam rumah tangga mereka. Kesetiaan suami istri adalah kesaksian yang baik untuk zaman ini. Demikian juga kaum religius, para imam dan calon imam mencoba setia terhadap kaul-kaul dan janji yang pernah mereka ikrarkan. Secara khusus para calon imam diosesan di Seminari Tinggi Interdiosesan Giovanni XXIII diminta untuk bijak dan cerdas dalam menghadapi kemewahan dan kemajuan hidup dunia ini. Mereka akan dipercayakan tugas memimpin jemaat dan menjadi gembala bagi jiwa-jiwa. Keutamaan-keutamaan yang menunjang karya dan peran itu mutlak perlu dimiliki oleh calon imam. Salah satu cara menghayati kesucian dan juga rasa solider seorang calon imam terhadap kaum miskin adalah dengan menjalani hidup askese. Praktik penghayatan hidup askese bukan sesuatu yang mengerikan lagi. Perkembangan teori dan pemikiran dari zaman-zaman akan sangat membantu pembaca untuk melihat pengertian dan bentuk pelaksanaan askese. Askese itu adalah latihan rohani. Askese biasanya disamakan dengan mati raga. Askese menjadi suatu bentuk spiritualitas karena askese adalah bagian dari doa, perjuangan rohani untuk semakin bersatu dengan Allah dan peduli kepada sesama. Bila dulu praktik penghayatan askese dirujukkan pada penyiksaan badan (cambuk diri, memukul dada, dsb), sekarang askese telah mengalami perubahan bentuk dan penghayatan. Askese bisa dilihat dari Kitab Suci Perjanjian Lama, Kitab Suci Perjanjian Baru, Kehidupan Monastik, Para Bapa Gereja, Kehidupan Para Kudus dewasa ini, dan perkembangan penghayatan saat ini. Secara lebih khusus penulis mengerucutkan pembahasan skripsi ini dari kehidupan askese Santo Yohanes Maria Vianney, orang kudus pelindung para imam di seluruh dunia. Ia adalah seorang imam diosesan yang saleh. Ia juga akan memiliki kekuatan untuk menjadi imam yang penuh cinta dan terintegrasi dengan Allah. Ia memiliki kemampuan menguasai diri dari kesombongan, kemarahan, cinta diri, ketamakan, iri hati, dan nafsu yang liar. Dengan demikian ia akan menjadi orang Kristiani yang mencapai kepenuhan atau kekudusan hidup. Kepenuhan hidup itu mempresentasikan persatuan atau hubungannya yang dekat dengan Allah dan kepeduliaannya yang tinggi terhadap sesama.
Availability
11.013 | 248.4 Iko s | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
248.4 IKO s
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2015 |
Collation |
ix + 116hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
248.4
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available