Religius yang telah menyerahkan hidupnya secara total kepada Allah demi pewartaan aka KerajaanNya, mengambil sikap radikal dalam penghayatan hidupnya. Seorang imam religius akan membentuk cara dan pola hidupnya seperti hidup Yesus sendiri, sebagai Guru dan teladan hidupnya. Ia akan mengikrarkan dan menghayati kaul-kaul atau tiga nasihat injili, yaitu: Kemurnian, Kemiskinan dan Ketaatan. Seorang imam religius yang menghayati kaul-kaulnya sebatas tingkat jasmaniah/manusiawi belaka akan mengalami kegoncangan dan kerapuhan, atau bahkan kehancuran. Karena alasan tersebut, seorang imam harus menggunakan daya hidup rohani dan spiritualnya untuk menghayati praktek hidupnya yang radikal dalam ketiga nasihat injil. Setahap demi setahap ia harus mengusahakan diri untuk terus menerus diperbaharui dan mendapat semangat roh dalam usaha mentransformasi mandiri dari tingkat manusiawi ke tingkat rohani/spiritual. Karya tulis ini dimaksudkan oleh penulis untuk mendalami makna tindakan menghayati kaul-kaul, yang secara khusus dapat dirujuk pada Vita Consecrata. Tindakan menghayati kaul-kaul tersebut akan dilihat dan dianalisis dalam terang tinjauan psikospiritual. Tinjauan ini mengundang kita semua untuk melihat bahwa manusia religius yang menghayati kaul-kaul tersebut memiliki aspek jasmaniah dan rohaniah. Dalam aspek jasmaniah, manusia religius sering menjadi rapuh dan tidak konsekuen/tidak konsisten. Akan tetapi dalam aspek rohaniah, peran serta Roh Kudus dan rahmat Tuhan menyanggupkan manusia religius itu untuk tetap tekun dan setia dalam menghayati kaul-kaul melalui hidup yang secara khusus dibaktikan kepada Allah. Pada akhirnya seorang religius sungguh-sungguh mampu mengikuti Kristus secara lebih dekat dan mampu melaksanakan tugas perutusan dalam pelayanan cinta kasih total bagi Allah dan sesama, sebagaimana yang telah Yesus Kristus (Sang Imam Agung) laksanakan dalam hidupNya.