Gereja hadir dan bertumbuh dalam kebudayaan. Gereja mengambil bagian dalam dunia dan membangun dunia melalui kebudayaan. Gereja dituntut untuk mampu membaca situasi zaman dan menemukan cara untuk mewartakan iman dengan tepat. Kearifan lokal adalah satu dari sekian banyak cara yang dapat dipakai untuk mewartakan iman. Kearifan lokal limgko adalah upaya penulis untuk menemukan nilai-nilai budaya lokal Manggarai bagi pewartaan iman gereja. Ada beberapa hal inti yang terdapat dalam lingko. Pertama, yaiyu keyakinan akan adanya Wujud Tertinggi yakni Pencipta dan Penyelenggara semua ciptaan. Pencipta oleh orang Manggarai dikenal dengan sebutan Mori Keraeng. Keyakinan ini adalah pintu masuk bagi pewartaan iman Kristiani dalam mewartakan Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Kedua, yaitu nilai kerjasama, persaudaraan dan gotong royong untuk mencapai kesejahteraan bersama. Nilai-nilai ini tertuang dalam proses pengolahan lingko. Nilai ini sejalan dengan iman Kristiani yang melihat bahwa Gereja adalah umat Allah yang bersama-sama berziarah menuju keselamatan. Keselamatan itu tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi orang lain. Ketiga, yaitu konsep kepengaturan para leluhur. Para leluhur (ceki) adalah mereka yang menjadi pengantara manusia dengan Allah. Konsep ini sejalan dengan pemikiran Kristiani tentang kepengantaraan para kudus. Konsep ini tidak mengabaikan ajaran dalam Gereja Katolik mengenai satu-satunya Pengantara yakni Yesus Kristus. Semua inti yang dipaparkan di atas tertuang dalam simbol-simbol yang dipakai dalam lingko. Penemuan nilai-nilai lokal dalam lingko ini adadalah sarana bagi pewartaan iman dalam konteks budaya Manggarai. Pewartaan Injil dalam budaya lokal dapat terlaksana dengan tepat apabila mampu mengolah dan memakai sarana kearifan lokal dengan baik. Lingko adalah sarana pewartaan iman bagi masyarakat Manggarai.