Record Detail
Advanced SearchText
Kritik Atas Kebijakan-Kebijakan Pendidikan Nasional di Indonesia dalam Sorotan Filsafat Pendidikan Jurgen Habermas
Pendidikan sejati dibangun dari pribadi yang merdeka. Manusia yang merdeka. Manusia yang merdeka tidak hanya menerima ilmu, tetapi juga dapat mengkritisi, merefleksikan dan menghidupi ilmu yang ia peroleh. Dalam disposisi semacam ini, belajar menjadi sebuah proses yang menggairahkan dan menyenangkan. Pada pendidikan menjadi medan pertarungan kepentingan bisnis di mana setiap kebijakan pendidikan selalu terkait dengan proyek-proyek. 'Kaum bawah' dalam strata sosial dunia pendidikan tidak dilibatkan dalam kenyataannya pendidikan saat ini, secara khusus di Indonesia, masih jauh dari karakter ideal pendidikan di atas. Wajah pendidikan hari ini adalah pendidikan yang menjalankan konsep neo liberalisme, kapitalisme dan positivism. Dunia permusuhan kebijakan, kecuali hanya melaksanakan keputusan elit pemerintah tersebut. Lembaga pendidikan adalah objektifikasi dari kehendak pemerintah. Aspek pedagogis dari dunia pendidikan di Indonesia juga mengalami kebuntuan. Guru dan murid berada dalam relasi subjek-objek. Relasi semacam ini menjadikan murid sebagai 'budak' dari pengetahuan guru. Murid hanya bisa mendengarkan dan menghafal ilmu yang didiktekan oleh guru. Pengetahuan pun bersifat asocial karena hanya bersumber dari diktat atau silabus. Kecenderungan positivistic dalam pedagogi pendidikan menyebabkan nilai-nilai etis, kultural dan religious tidak menjadi bagian yang utuh dalam pendidikan manusia sehingga proses pembelajaran dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Hakekat manusia direduksi dalam angka-angka. Dunia pendidikan pada dasarnya merupakan ruang public di mana ada karakter politis, kultural, social dan lain sebagainya. Itu sebabnya pendidikan sejati haruslah membebaskan (Paolo Freire) dan kritis. Teori Tindakan Komunikatif yang digagas oleh Jurgen Habermas menjadi sangat penting untuk membangun dunia pendidikan semacam ini. Pendidikan dalam pemikiran Jurgen Habermas haruslah dibangun dalam semangat demokratis, emasipatoris, rasional dan kritis. Pendidikan demokrasi deliberatif memberi ruang yang sejajar bagi para pemangku kepentingan dan pelaku pendidikan untuk duduk bersama menyusun konsensus bagi dunia pendidikan. Pendidikan untuk duduk bersama menyusun konsensus bagi dunia pendidikan. Pendidikan seperti ini juga membuka ruang kelas yang hidup dan kritis di mana guru dan murid dapat belajar maupun berdiskusi bersama mengenai pengetahuan, baik berdasarkan teori maupun pengalaman keseharian. Sumber pengetahuan tidak lagi hanya berdasarkan buku tulis melainkan 'buku kehidupan'. Akhirnya, pendidikan demokrasi deliberatif menjadikan setiap manusia kembali utuh dan merdeka dalam membentuk diri dan sosietasnya. Pendidikan haruslah dikembalikan pada kehidupan manusia itu sendiri.
Availability
16.02003 | 370.1 Kur k | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
370.1 Kur k
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2018 |
Collation |
xii + 170hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
370.1
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available