Perkembangan zaman sulit dibendung dan membawa pengaruh pada hidup setiap manusia. Pada masa ini, manusia berada di era digital, di mana kehidupan dijalani dan dihayati dalam konteks budaya digital. Manusia mengalami dan menyadari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi digital serta pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Cara hidup manusia pada era digital mengalami perubahan. Pengaruh teknologi digital telah menyentuh sendi-sendi hidup manusia zaman sekarang, sehingga hidup di era digital berbeda dari era-era sebelumnya. Kehidupan di era digital laksana pedang bermata dua, manusia mampu meraih beragam kemajuan dan kemudahan dalam hidupnya, namun tak jarang bisa juga menjatuhkan manusia dalam belenggu yang menjerat dirinya. Ketidaksadaran manusia akan konsekuensi media digital membuat terjadi berbagai penyalahgunaan media digital, mulai dari level personal, sosial, hingga nasional. Generasi muda zaman ini sering disebut Digital Native Generation. Generasi ini memiliki gaya, sifat dan cara hidup yang khas dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Ciri khas yang hadir dalam diri mereka adalah mampu berpikir, bekerja beberapa tugas di saat yang sama (multitasking), mampu berpikir cepat. Namun kurang mendalam dan punya ketergantungan pada gawai (gadget). Paulo Freire dan gagasan pendidikannya, serta para pemikir Freirean yang meneruskannya mampu memberi gagasan yang berharga bagi Digital Native Generation yang hadir dalam situasi perkembangan pesat dunia digital. Digital Native Generation merupakan subyek baru pendidikan di era digital. Gagasan Kesadaran kritis Freire mencoba membawa generasi muda ke dalam pembebasan dari keterbelengguan yang disebabkan oleh ketidakmampuan manusia dalam menentukan sejarah dan mengukir kehidupannya. Beberapa nilai-nilai keutamaan pendidikan kesadaran kritis Freire dapat diaktualisasikan bagi pendidikan di era digital ini, seperti: dialog, nilai etis, nilai universal dan kemanusiaan.