Topik pembicaraan tentang perempuan selalu menarik untuk dikaji. Baik karakteristiknya, eksistensinya maupun segala persoalan perempuan yang begitu kompleks. Namun harus diakui bahwa perempuan selalu direndahkan dihadapan budayanya sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh cara pandang dan pola pikir yang sudah menjadi kultur dan kebiasaan dalam kebudayaan tertentu. Namun dalam masyarakat Dawan, perempuan Dawan justru menjadikan aneka bentuk budaya yang ada sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri dalam budaya yang membatasi ruang geraknya. Dengan demikian perempuan Dawan dalam konteks ini melihat budaya sebagai bagian yang integral dalam usaha mengaktualisasikan diri. Kreativitas tenun ikat secara istimewa dilihat sebagai media untuk pengembangan diri dan juga justru memberi peluang untuk mengangkat pekerjaan perempuan Dawan pada posisi yang lebih bermartabat. Karena itu, dalam kreativitas tenun ikat perempuan Dawan mengukir sejarah hidup bukan dengan tinta di atas sebuah kertas putih tetapi di atas benang-benang lungsi. Ia seolah menenun hidup dengan mengekspresikan buah pikirannya sebagai gagasan yang tetap aktual. Dengan demikian perempuan Dawan berusaha untuk menampilkan nilai-nilai dalam kreativitas tenun ikat yang selalu memiliki relasi dengan substansi kehidupannya. Melaluinya, perempuan Dawan berusaha memberikan sentuhan kepada sosialitas masyarakat bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berkreasi dalam situasi apa pun demi kehidupan bersama. Jadi dalam kreativitas tenun ikat khas Dawan, terdapat berbagai kekayaan nilai seperti nilai religius, nilai estetika atau nilai keindahan, nilai kreativitas, nilai kesetiaan, ketekunan dan nilai cinta kasih. Nilai-nilai tersebut dapat dipahami dengan jelas melalui proses penyelesaian sebuah tenun ikat dengan aneka simbol yang terdapat di dalamnya.