Konsili Vatikan II yang merupakan tonggak sejarah Gereja pada abad XX menghimbau 'hendaklah para seminaris diajak mempelajari Kitab Suci dengan sungguh tekun, yang bagaikan harus menjiwai seluruh teologi'. Dengan ajaran tersebut, Konsili mau menekankan bahwa Kitab Suci sangat penting dalam setiap refleksi teologi sebab di situlah teologi amat sangat diteguhkan dan selalu diremajakan. Oleh karena itu siapa saja yang ingin mempelajari teologi akan bergumul dengan Kitab Suci. Berdasarkan ajaran di atas, kami tertarik untuk mempelajari Kitab Suci pertama-tama sebagai titik tolak berteologi. Selain itu karena buku ini adalah buku iman kita, maka bergaul mesra dengan buku ini sungguh membantu dalam melakukan refleksi iman. Di dalam buku ini Allah telah berbicara kepada manusia dengan menggunakan bahasa manusia dalam budaya dan zaman tertentu. Meskipun demikian, Gereja tetap meyakini bahwa buku ini adalah buku yang memuat Sabda Allah. Sabda Allah hidup dan kuat. Ia sanggup membedakan pertimbangan pikiran dan hati kita. Bahasanya mengatasi ruang dan waktu serta masih relevan bagi para pendengar dari segala tempat dan waktu. Dan pertemuan itu adalah pertemuan yang baru pertama kali di antara mereka. Namun Boas begitu memperhatikan dan bermurah hati terhadap perempuan asing ini. Kemurahan hati Boas terhadap perempuan asing ini, melampaui apa yang telah menjadi kebiasaan orang Israel sebagaimana diatur dalam Hukum Taurat.