Banyak pendidik dan pemimpin pemuda-pemudi mengakui bahwa masalah ateisme semakin gawat, aktual dan urgen. Tokoh-tokoh ateisme yang termasyur, seperti Durkheim, Nietzsche, Marx, Freud, Sartre dan lain-lain sejak lama telah membanjiri pasar buku dunia, baik dalam bentuk asli maupun terjemahan, sehingga ateisme sampai batas tertentu, menjadi suatu dimensi pikiran modern. Pengaruhnya, meskipun tidak selalu disadari secara langsung, namun toh tetap real. Ateisme mengancam setiap orang yang mulai berpikir kritis, padahal kita harus berpikir kritis dalam hal iman dan agama. Untuk mengatasi ateisme secara inteligen dalam suatu iklim kebebasan, orang harus menghadapi dan melewatinya tanpa rasa rendah diri. Tugas itu perlu dilaksanakan di tingkat intelektual dan filsafat, karena ateisme mendasarkan pengingkaran Tuhan atas alasan-alasan rasional. Ringkasnya, masalah ateisme berdimensi filosofis dan mengekspresikan dirinya terutama dalam sifat humanisme, dan karena itu berhubungan dengan antropologi, psikologi, epistemologi dan agama. Untuk itu dituntut suatu refleksi yang metodis dan berantardisiplin.