Tulisan ini muncul dari pergumulan, riset dan pergumulan. Penulis seorang beriman dan ingin mengenal yang diimaninya. Yesus, tentunya. Sejak berusia sangat belia, Yesus diimaninya sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya. Makin tambah umur ternyata hidup bukan tambah muda. Makin sulit, Begitu juga penghayatan Iman. Apalagi di perguruan tinggi teologi penulis mulai berkenalan dengan citra Yesus yang direkonstruksi. Yesus Sejarah! Tentunya citra yang direkonstruksi itu diperkenalkan dengan kejengkelan karena dianggap mendistorsi citra sejati Sang Juru Selamat. Wajar siapa sih yang rela junjungannya di uthak-athik sedemikian rupa? Atas nama keilmuan sekalipun! Atas nama sejarah sekalipun! Atas nama kejujuran sekalipun.