Proses pekabaran Injil seyogianya mempertimbangkan unsur-unsur lokal seperti budaya, adat-istiadat, maupun kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat. Banyak unsur budaya yang bagus yang dapat digunakan sebagai landasan penginjilan. Lancarnya relasi dengan masyarakat setempat akan sangat menolong untuk menyaksikan berita Injil, sebaliknya relasi yang buruk pasti menghambat pekabaran Injil. Buku ini hanyalah upaya kecil untuk melihat Kabar Baik dari perspektif lokal, artinya pandangan manusia Indonesia yang umumnya sederhana, lebih mengandalkan emosional ketimbang rasional dan sarat dengan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang. Tetapi, tidak bermaksud mencampuradukkan ajaran budaya dengan ajaran Yesus sehingga memunculkan sinkretisme.