Image of Berbuat Baik dan Menyelamatkan (Sebuah Refleksi Teologis Alkitabiah berdasarkan Markus 3:1-6)

Text

Berbuat Baik dan Menyelamatkan (Sebuah Refleksi Teologis Alkitabiah berdasarkan Markus 3:1-6)



Agama merupakan sarana untuk menjalin relasi yang intim dengan Sang Pencipta. Sebagai sarana, agama menawarkan ajaran-ajaran yang berisi nilai kebaikan bagi setiap pemeluknya. Nilai-nilai kebaikan yang termuat dalam ajaran setiap agama bertujuan untuk memuliakan Allah lewat praksis kehidupan sehari-hari. Praksis ini akan tampak dalam cara beribadah dan dalam hubungan yang baik dengan sesama. Namun, dalam praksisnya kerap kali nilai-nilai kebaikan itu tidak dijalankan sebagaimana seharusnya. Oleh karena nilai-nilai yang diajarkan dalam agama berbeda konteksnya dan zamannya, maka kerap kali nilai-nilai itu ditafsirkan secara keliru. Apa yang menjadi jiwa dari ajaran tersebut tidak dapat dipahami dengan baik sehingga dalam praksisnya juga tidak membuahkan kebaikan. Ajaran agama perlu dimaknai dan ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Jika ajaran atau peraturan-peraturan dalam kehidupan beragama bersifat kaku, maka agama akan menjadi sarana yang mengekang dan tidak lagi menjadi sarana yang membawa kebebasan untuk menemukan nilai-nilai kebaikan. Ajaran agama menjadi tidak baik ketika orang memandangnya sebagai suatu hukum yang mati (legalisme). Peraturan atau hukum agama yang kaku pada akhirnya hanya akan terlihat sebagai kesalehan yang sia-sia dalam praksisnya, karena mengabaikan nilai sejati yaitu nilai kebaikan yang ada di dalam ajaran agama itu sendiri. Teks Markus 3:1-6 menampilkan pertikaian atau pertentangan antara Yesus dan orang-orang Farisi mengenai hukum Sabat. Orang-orang Farisi menekankan tata aturan yang ketat mengenai hukum Sabat. Penekanan pada aturan yang ketat itu membuat orang tidak bebas untuk melakukan perbuatan sehingga orang yang mengalami suatu penyakit pun tidak bisa memperoleh kesembuhan. Kekakuan hukum Sabat ini akhirnya dibongkar oleh Yesus. Ia menghendaki bahwa praksis hukum Sabat seharusnya menjadi kesempatan untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang. Orang-orang Farisi menggunakan hukum Sabat justru untuk melakukan kejahatan yaitu berusaha untuk membunuh Yesus. Tafsiran Markus 3:1-6 membantu kita menemukan jiwa dari hukum Sabat. Pada hari Sabat, menurut peraturan orang-orang Farisi seseorang tidak diperbolehkan melakukan penyembuhan maupun untuk disembuhkan kecuali orang yang dalam keadaan bahaya maut. Sementara dalam Markus 3:1-6 orang yang disembuhkan oleh Yesus tidak dalam keadaan bahaya maut. Orang itu hanya mengalami penyakit mati sebelah tangannya. Tindakan Yesus inilah yang pada akhirnya membuat orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Meskipun Yesus dicurigai dan diamat-amati Ia tetap melakukan penyembuhan terhadap seorang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat. Tindakan Yesus ini menunjukkan bahwa kesembuhan dan keselamatan nyawa seseorang merupakan hal utama yang segera dilakukan. Lewat tindakan penyembuhan ini, Yesus menunjukkan jiwa dari hukum Sabat. Praktek untuk berbuat baik dan menyelamatkan inilah yang hendaknya dihidupi dalam kehidupan pluralitas agama. Dengan demikian jiwa dari ajaran agama itu dihidupi.


Availability

13.038226.207 RUD bAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
226.207 RUD b
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
ix + 108hlm: 21,5x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
226.207
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this