Penderitaan merupakan salah satu pergulatan besar yang dihadapi oleh manusia. Problem ini menjadi serius lantaran dapat dilihat dalam bentuk reaksi atau sikap, yang barangkali muncul manakala manusia berhadapan dengan suatu realitas penderitaan. Manusia dapat saja merasa dirinya tak berarti, hancur, kecewa, atau frustrasi. Kemudian, dengan serta-merta, manusia merasa bahwa dirinya telah gagal total, dan tidak mampu lagi melakukan sesuatu alias tak berdaya apa-apa dalam menghadapi berbagai penderitaan yang terus-menerus menerpa hidupnya tanpa henti. Jurgen Moltmann juga dihadapkan pada pemahaman yang serupa, pada peristiwa perang dunia kedua yang sedang berkecamuk. Kawasan Eropa yang porak-poranda karena perang membawa banyak kehancuran dan kematian bagi umat manusia. Dalam peristiwa itu Moltmann menyadari bahwa begitu banyak penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang dia lihat dalam berbagai peristiwa yang terjadi. Atas dasar inilah ia pun mencoba merefleksikan makna penderitaan itu secara lebih mendalam. Moltmann mencoba mencari bagaimana iman sekarang ini dapat merupakan ungkapan yang hidup bagi dunia dan perubahan budaya yang mendasar, sebab kata-kata yang sudah jelas dari masa lampau, tak dapat dipahami dan asing bagi kehidupan kini. Dalam terang iman Kristiani, Jurgen Moltmann meneguhkan bahwa penderitaan itu hendaknya tidak dilupakan, tetapi harus dihadapi dan menjadi bagian hidup manusia yang menjadi sarana manusia untuk semakin dekat dengan Tuhan yang adalah Sang Pengharapan Sejati atas penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian penderitaan bukan lagi sebagai bencana, tetapi menjadi berkat dalam memaknai kehidupan sehari-hari. Sehingga manusia semakin dekat dengan sesamanya dan juga dengan Tuhan.