Kehidupan manusia zaman ini ditandai dengan berkembangnya teknologi komunikasi yang membuat orang lebih mudah berhubungan dengan sesamanya. Namun perkembangan ini ada bahayanya karena orang lebih cenderung bersahabat dengan orang yang memiliki status sosial yang sama. Mereka yang miskin dan lemah cenderung diabaikan. Belas kasihan Yesus terhadap orang yang menderita ditunjukkan-Nya kepada si ibu yang janda ditinggal anaknya mati. Bentuk konkret dari rasa belas kasihan-Nya kepada si ibu ialah tindakan-Nya membangkitkan anaknya dari kematian. Dengan membangkitkan anak itu dari kematiannya, Ia menunjukkan bahwa diri-Nya adalah Tuhan.rnKarena itu, penulis merefleksikan Yesus yang berbelas kasih. Tindakan-Nya menunjukkan bahwa manusia sangat berharga bagi-Nya, bahkan kalau hanya ada satu orang yang berbalik kepada Tuhan, maka akan ada sukacita besar di surga (Luk. 15:7,10). Untuk bisa berbelas kasih perlu adanya keteladanan. Pertama Yesus yang selalu peduli dengan orang miskin dan menderita. Kedua, teladan Bapa yang baik hati yang tidak memandang kesalahan anak-Nya, tetapi melihat pertobatan hatinya (Luk. 15:11-32). Ketiga, orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-37). Orang Samaria itu menunjukkan bahwa berbelas kasih melampaui batas suku, agama, ras dan golongan. Keempat, teladan Bapa Suci Fransiskus. Ia menunjukkan bahwa mengasihi mereka yang miskin merupakan tanggung jawab manusia.rnKeempat teladan di atas menunjukkan bahwa sikap belas kasih sangat mungkin dilakukan oleh manusia. Bagi orang Kristiani, Tuhan Yesus telah mengingatkan itu dalam pengajaran-Nya tentang penghakiman terakhir (Mat. 25:31-46). Hanya mereka yang peduli dengan orang miskin dan menderita serta menunjukkan kepedulian terhadap mereka akan memperoleh hidup yang kekal.