Studi ini merupakan tanggapan atas seruan Konsili Vatikan II mengenai perlu digarapnya teologi kontekstual. Suatu teologi yang menjadikan Kitab Suci dan Tradisi sebagai sumber teologi sekaligus memerhatikan persoalan kehidupan Gereja sebagai konteks berteologi. Salah satu persoalan penting Gereja Indonesia adalah hubungan iman dan kebudayaan. Persoalan itu antara lain dialami oleh Gereja lokal Ngadha. Orang Ngadha memang telah lama percaya pada Kristus. Namun bahwa apakah iman kepada Kristus telah mengakar dan menjiwai kehidupan mereka kiranya masih menjadi keprihatinan pewartaan iman di Ngadha. Persoalan ini harus terus digumuli dalam rangka evangelisasi kembali. Bagaimana pewartaan mengusahakan agar Injil yang telah diterima semakin menjadi kepertamaan iman umat di atas keyakinan budayanya sendiri? Apa saja pandangan budaya orang Ngadha yang harus diperhatikan dalam pewartaan? Isi, bahasa dan cara pewartaan seperti apa yang patut dikembangkan? Studi ini pertama-tama bertujuan untuk menggali dan merumuskan salah satu unsur budaya orang Ngadha yakni visi religius. Visi religius berkaitan dengan cara pandang dan sistem nilai religius yang dihadapi orang Ngadha. Visi religius itu diteliti dalam suatu kajian semi antrolopogi linguistik. Penelitian berfokus pada analisis bahasa ritual reba karena reba merupakan perayaan tahun baru adat setempat yang memiliki tempat dan arti penting dalam kehidupan orang Ngadha. Sementara bahasa ritual adalah bahasa sakral yang sangat mengungkapkan sejarah, pengalaman dan pandangan religius orang Ngadha. Analisis atas bahasa ritual yang terdapat dalam bentuk doa, nyanyian dan wejangan, seterusnya akan kami refleksikan secara teologis.