Record Detail
Advanced SearchText
Tubuh Sebagai Sakramen (Tinjauan Teologi Tubuh Menurut Paus Yohanes Paulus II dan Relevansinya dalam Evangelisasi Gereja Katolik Dewasa Ini)
Allah menciptakan manusia pada mulanya dengan penuh keindahan, ilahi, mulia dan suci serta berdasarkan gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:27). Allah memandang bahwa semua yang diciptakan-Nya baik adanya (Kej. 1:31). Tubuh manusia merupakan gambar Allah yang kelihatan. Sebagai gambar Allah, manusia beserta tubuhnya juga kehidupannya mendapat perhatian yang khusus dan unik dari Allah dan selalu terarah kepada Allah, Penciptanya. Tubuh manusia selalu berada dalam relasinya akan Allah dan dunia sekitarnya. Tubuh manusia juga merupakan sarana komunikasi dengan manusia lain karena orang lainpun mempunyai tubuh yang juga dapat mengkomunikasikan dirinya, mengkomunikasikan segala apa yang ada dalam pikiran dan hatinya melalui tubuhnya. Bahkan, tubuh menjadi gambaran yang nyata akan kehadiran Allah sebagai realita transenden dalam dunia ini. Pengalaman jatuhnya manusia ke dalam dosa (Kej. 3:6-7), mengaburkan bahkan menghilangkan makna tubuh manusia di atas. Dosa dan nafsu telah menghancurkan relasi manusia dengan Allah dan sesamanya serta mengaburkan makna tubuh manusia sebagai gambar Allah yang kelihatan. Manusia berada dalam relasi negatif dengan sesamanya, dengan kata lain ia telah mengabaikan relasi antar-subjek yang sepadan dan ingin mendominasi Allah dan sesamanya serta tidak menghormati kodrat manusia sebagai pribadi dan hak-hak personalnya. Hilangnya kedalaman makna tubuh manusia tersebut menjadikan tubuh manusia sebagai produk dagangan yang menghasilkan keuntungan besar. Meskipun manusia telah jatuh ke dalam dosa dan dikuasai oleh dosa, makna manusia sebagai gambar dan rupa Allah, tetap ada dalam diri manusia. Paus Yohanes Paulus II menawarkan sebuah pemahaman baru yakni tubuh sebagai sakramen, di mana tubuh menjadi tanda yang menghadirkan secara nyata kehadiran Allah dalam dunia ini. Tubuh sebagai sakramen tersebut memiliki tiga aspek imanensi, aspek transendensi, dan aspek transparansi, juga memiliki empat kualitas yakni kualitas simbolik, kualitas nupsial, kualitas kebebasan, dan kualitas penebusan. Tubuh sebagai sakramen merupakan tubuh yang ilahi dan mulia, serta merupakan sebuah epifani yang menampakkn Allah secara nyata.
Availability
09.000065 | 230 ARM t | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
230 ARM t
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2013 |
Collation |
x + 106hlm: 21x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
230
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available