Dalam anjuran apostolik Evangelii Gaudium Paus Fransiskus
mendorong Gereja agar lebih berani dan berkomitmen untuk keluar
menjumpai yang menjauh dan menyambut yang tersingkir (EG 14). Beliau
tegaskan “Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka, dan kotor karena
keluar di jalan-jalan daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan
nyaman melekat pada rasa amannya sendiri” (EG 49). Maka Gereja diajak
sungguh-sungguh membagikan kabar gembira Injil dengan penuh sukacita.
Sementara dalam bula Misericordiae Vultus untuk menyambut Tahun
Yubileum Kerahiman sebagai kenangan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan
II yang akan dimulai pada Hari Raya Maria Immakulata, 8 Desember 2015,
Paus Fransiskus menekankan sifat belas kasih Allah yang terpancar dalam
diri Yesus. Maka para pengikut Kristus pun diundang untuk menjadi saksi
belas kasih Allah, “Hendaklah kamu berbelas kasih (oiktirmones), sama
seperti Bapamu adalah berbelas kasih (oiktirmôn)” (Luk 6:36). Sebagaimana
orang Samaria yang tergerak hati oleh belas kasihan (splagkhnizomai,
Luk 10:33),1 kita diajak untuk menyembuhkan mereka yang terluka dengan
siraman minyak penghiburan, membalutnya dengan belas kasih dan
mengobatinya dengan solidaritas dan merawatnya dengan penuh kesiagaan.
Selama tahun Kerahiman ini kita diajak untuk merefleksikan dan
mengembangkan karya-karya belas kasih yang membantu kebutuhan sesama
baik dalam bidang jasmani maupun rohani.